Mengumpulkan Makna firmanNya dalam Al baqarah:272 (4)

| |


Bagian 4- Hikmah Adanya Kesesatan dan Kewajiban Berusaha Menggapai Hidayah

Terulang-ulang dalam Al-Qur’an dijadikannya amalan yang ada pada qalbu dan anggota badan sebagai sebab hidayah atau sebab kesesatan. Sehingga pada qalbu dan anggota badan ini terdapat amalan-amalan yang membuahkan datangnya petunjuk, layaknya hubungan sebab akibat. Demikian pula kesesatan.
Amal kebaikan membuahkan hidayah. Seiring bertambahnya amal kebaikan maka hidayah pun akan meningkat. Sementara amal kejahatan sebaliknya. Hal itu karena Allah Subhanahu wa Ta’ala mencintai amal kebaikan sehingga memberikan balasan atasnya dengan hidayah dan keberuntungan, serta membenci amal kejahatan dan membalasinya dengan kesesatan dan kesengsaraan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala mencintai kebaikan dan mencintai para pemeluknya sehingga mendekatkan qalbu mereka kepada-Nya seukuran kebaikan yang mereka lakukan. Allah Subhanahu wa Ta’ala juga membenci kejahatan dan para pemeluknya sehingga menjauhkan qalbu mereka dari-Nya seukuran dengan kejahatan yang melekat pada dirinya. Yang mendasari prinsip ini di antaranya firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
الم. ذَلِكَ الْكِتَابُ لاَ رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ
Alif Laam Miim. Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa.” (Al-Baqarah: 1-2)


Ayat ini mengandung dua hal:

Pertama, bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan petunjuk kepada orang yang menjauhi apa yang dibenci Allah Subhanahu wa Ta’ala sebelum turunnya Al-Qur’an. Karena manusia dengan keragaman agama dan ajaran mereka, sesungguhnya telah menetap pada diri mereka bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala membenci kezaliman, perbuatan-perbuatan keji, kerusakan di muka bumi, serta membenci pelakunya, dan mencintai keadilan, kebaikan, kedermawanan, kejujuran, perbaikan di muka bumi serta mencintai pelakunya. Sehingga ketika turun Al-Qur’an, Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan pahala kepada para pemeluk kebaikan dengan memberikan taufik-Nya kepada mereka untuk beriman kepada Al-Qur’an sebagai balasan atas kebaikan dan ketaatan mereka. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala biarkan para pelaku kejahatan, kekejian, dan kezaliman sehingga terhalangi antara mereka dan petunjuk Al-Qur’an.
Kedua, bahwa bila seorang hamba beriman kepada Al-Qur’an serta mendapat petunjuk darinya secara global dan menerima perintah-perintahnya serta membenarkan berita-beritanya, maka itu menjadi sebab hidayah yang lain yang ia dapatkan secara lebih rinci. Karena hidayah itu tidak ada habisnya sampai manapun seorang hamba dalam hidayah, di atas hidayahnya ada hidayah yang lainSetiap kali seorang hamba bertakwa kepada Rabbnya maka dalam kadar itu hidayahnya meningkat kepada hidayah yang lain. Maka dia tetap berada pada tambahan hidayah selama berada pada takwa yang bertambah, dan setiap kali ia melewatkan bagian dari takwa maka akan terlewatkan pula hidayah yang seukuran dengannya. Sehingga setiap bertambah takwa bertambah hidayahnya dan setiap bertambah hidayahnya bertambah pula takwanya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
قَدْ جَاءَكُمْ مِنَ اللهِ نُورٌ وَكِتَابٌ مُبِينٌ. يَهْدِي بِهِ اللهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهُ سُبُلَ السَّلَامِ وَيُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِهِ وَيَهْدِيهِمْ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.” (Al-Ma’idah: 15-16)

Allah Subhanahu wa Ta’ala beri petunjuk mereka untuk beriman dahulu. Maka ketika mereka beriman, Allah Subhanahu wa Ta’ala beri hidayah lagi untuk beriman lagi, hidayah setelah hidayah yang lain. Yang semacam ini adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَيَزِيدُ اللهُ الَّذِينَ اهْتَدَوْا هُدًى

Dan Allah akan menambah petunjuk kepada mereka yang telah mendapat petunjuk.” (Maryam: 76)

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِنْ تَتَّقُوا اللهَ يَجْعَلْ لَكُمْ فُرْقَانًا
Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqan.” (Al-Anfal: 29)

Termasuk dari furqan (pembeda) adalah cahaya yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan, yang dengannya mereka dapat membedakan antara kebenaran dan kebatilan. Termasuk furqan juga adalah kemenangan dan kemuliaan yang dengannya mereka dapat menegakkan kebenaran serta menghancurkan kebatilan. AllahSubhanahu wa Ta’ala berfirman:

إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَةً لِكُلِّ عَبْدٍ مُنِيبٍ
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap hamba yang kembali (kepada-Nya).” (Saba’: 9)

إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi setiap orang yang sabar lagi bersyukur.” (Saba’: 19)

Ayat itu terdapat dalam surat Luqman, Ibrahim, Saba’, dan Asy-Syura. AllahnSubhanahu wa Ta’ala beritakan tentang ayat-ayat-Nya yang dapat disaksikan bahwa itu hanya bermanfaat untuk orang yang sabar dan bersyukur, sebagaimana AllahSubhanahu wa Ta’ala beritakan bahwa ayat-ayat imaniah Qur’aniah hanya bermanfaat untuk orang yang bertakwa, takut, dan selalu bertaubat, serta orang yang tujuannya adalah mengikuti keridhaan-Nya. Dan bahwa yang dapat mengingatnya adalah yang takut kepada-Nya:

طه. مَا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْءَانَ لِتَشْقَى. إِلَّا تَذْكِرَةً لِمَنْ يَخْشَى

Thaha. Kami tidak menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu agar kamu menjadi susah; tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah).” (Thaha: 1-3)

Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang hari kiamat:

إِنَّمَا أَنْتَ مُنْذِرُ مَنْ يَخْشَاهَا
Kamu hanyalah pemberi peringatan bagi siapa yang takut kepadanya (hari berbangkit).” (An-Nazi’at: 45)

Adapun orang yang tidak beriman dengan adanya kiamat, tidak mengharapnya, dan tidak takut kepadanya, maka tidak akan bermanfaat untuknya ayat kauniyah maupun ayat Qur’aniah. Oleh karenanya, tatkala Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan dalam surat Hud tentang hukuman atas umat-umat yang mendustakan para rasul dan apa yang menimpa mereka di dunia berupa kehinaan, setelahnya AllahSubhanahu wa Ta’ala mengatakan:

إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَةً لِمَنْ خَافَ عَذَابَ الْآخِرَةِ
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang takut kepada azab akhirat.” (Hud: 103)

Allah Subhanahu wa Ta’ala beritakan bahwa pada hukuman Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadap para pendusta ada ibrah bagi orang yang takut terhadap azab akhirat. Adapun orang yang tidak beriman terhadap adanya siksa dan tidak takut darinya maka hal itu tidak akan menjadi ibrah baginya. Bila mendengar tentangnya, ia akan mengatakan: masih saja di alam semesta ini ada kebaikan, kejelekan, kenikmatan, kemiskinan, kebahagiaan, dan kesengsaraan (yakni hal yang biasa).

Yang dapat mengambil manfaat dari ayat-ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala hanyalah yang beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan ayat-ayat-Nya. Dan imannya tidak akan sempurna kecuali dengan sabar dan syukur. Sabar dan syukur itu menjadi sebab seseorang bisa mendapat manfaat dari ayat-ayat. Karena iman itu terbangun di atas sabar dan syukur. Setengahnya sabar dan setengah yang lain syukur. Seukuran sabar dan syukurnya, muncul kekuatan imannya. Puncak syukur adalah tauhid, sedangkan puncak sabar adalah tidak menuruti hawa nafsu. Sehingga jika seseorang itu musyrik dan mengikuti hawa nafsu berarti dia tidak bersabar dan tidak bersyukur. Walhasil, ayat-ayat tidak akan bermanfaat baginya dan tidak akan berpengaruh dalam menumbuhkan iman kepadanya.
Adapun masalah berikutnya yaitu bahwa kejahatan, kesombongan, kedustaan, itu mengakibatkan kesesatan, maka keterangan semacam ini juga banyak dalam Al-Qur’an. Semacam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

يُضِلُّ بِهِ كَثِيرًا وَيَهْدِي بِهِ كَثِيرًا وَمَا يُضِلُّ بِهِ إِلَّا الْفَاسِقِينَ. الَّذِينَ يَنْقُضُونَ عَهْدَ اللهِ مِنْ بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ أُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik, (yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi.” (Al-Baqarah: 26-27)

وَيُضِلُّ اللهُ الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ
Dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan berbuat apa yang Dia kehendaki.” (Ibrahim: 27)

فَمَا لَكُمْ فِي الْمُنَافِقِينَ فِئَتَيْنِ وَاللَّهُ أَرْكَسَهُمْ بِمَا كَسَبُوا
Maka mengapa kamu (terpecah) menjadi dua golongan dalam (menghadapi) orang-orang munafik, padahal Allah telah membalikkan mereka kepada kekafiran, disebabkan usaha mereka sendiri?” (An-Nisa’: 88)

وَقَالُوا قُلُوبُنَا غُلْفٌ بَلْ لَعَنَهُمُ اللَّهُ بِكُفْرِهِمْ فَقَلِيلًا مَا يُؤْمِنُونَ
Dan mereka berkata: ‘Hati kami tertutup.’ Tetapi sebenarnya Allah telah mengutuk mereka karena keingkaran mereka; maka sedikit sekali mereka yang beriman.” (Al-Baqarah: 88)

وَنُقَلِّبُ أَفْئِدَتَهُمْ وَأَبْصَارَهُمْ كَمَا لَمْ يُؤْمِنُوا بِهِ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَنَذَرُهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ
Dan (begitu pula) Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya (Al-Qur’an) pada permulaannya, dan Kami biarkan mereka bergelimang dalam kesesatannya yang sangat.” (Al-An’am: 110)

Allah Subhanahu wa Ta’ala beritakan bahwa Dia menghukum mereka karena mereka menyingkir dari iman ketika iman datang kepada mereka, dalam keadaan mereka mengetahuinya namun justru berpaling darinya. Allah Subhanahu wa Ta’alamenghukum mereka dengan membalikkan qalbu dan pandangan mereka serta menghalangi antara mereka dan iman, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللهَ يَحُولُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهِ
Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya.” (Al-Anfal: 24)

Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan mereka untuk menyambut Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya ketika menyeru mereka kepada sesuatu yang menghidupkan qalbu dan arwah mereka. Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala memperingatkan mereka dari keengganan mereka untuk menyambut, yang mana hal itu menjadi sebab munculnya penghalang antara mereka dengan iman.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

فَلَمَّا زَاغُوا أَزَاغَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ وَاللهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka; dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang fasik.” (Ash-Shaff: 5)

كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka.” (Al-Muthaffifin:14)


Allah Subhanahu wa Ta’ala kabarkan bahwa perbuatan mereka menyebabkan tertutupnya qalbu mereka dan menghalangi antara mereka dengan iman kepada ayat-ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala, sehingga merekapun menyebut ayat AllahSubhanahu wa Ta’ala hanya sebagai ‘cerita-cerita orang dahulu’.

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman tentang orang munafik:

نَسُوا اللَّهَ فَنَسِيَهُمْ
Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka.” (At-Taubah: 67)

Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan balasan kepada mereka karena mereka melupakan Allah Subhanahu wa Ta’ala sehingga Allah Subhanahu wa Ta’ala melupakan mereka dan membiarkan mereka tidak mendapat petunjuk dan rahmat. AllahSubhanahu wa Ta’ala pun memberitakan bahwa Dia membuat mereka lupa sehingga mereka tidak mencari sesuatu untuk menyempurnakan diri mereka dengan ilmu yang bermanfaat dan amal yang shalih. Keduanya adalah petunjuk dan agama yang benar. Sehingga Allah Subhanahu wa Ta’ala membuat mereka lupa untuk mencari hal itu, untuk mencintainya, mengetahuinya, bersemangat untuk mendapatkannya, sebagai hukuman karena mereka melupakan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang mereka:
أُولَئِكَ الَّذِينَ طَبَعَ اللهُ عَلَى قُلُوبِهِمْ وَاتَّبَعُوا أَهْوَاءَهُمْ. وَالَّذِينَ اهْتَدَوْا زَادَهُمْ هُدًى وَءَاتَاهُمْ تَقْوَاهُمْ
Mereka itulah orang-orang yang dikunci mati hati mereka oleh Allah dan mengikuti hawa nafsu mereka. Dan orang-orang yang mendapat petunjuk Allah menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan kepada mereka (balasan) ketakwaannya.” (Muhammad: 16-17)
Allah Subhanahu wa Ta’ala memadukan untuk mereka antara mengikuti hawa nafsu dan kesesatan, yang kesesatan itu sesungguhnya adalah buah dan akibatnya, sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala memadukan dalam diri orang-orang yang mendapat hidayah antara ketakwaan dan hidayah.
(diterjemahkan dan diringkas dari kitab Al-Fawa’id karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah hal. 145-149, oleh Qomar Suaidi)
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin ditanya tentang hikmah adanya berbagai kemaksiatan dan kekufuran. Terjadinya berbagai kemaksiatan dan kekufuran memiliki hikmah yang banyak, antara lain.

Pertama
Menyempurnakan kalimat Allah Ta'ala, di mana Dia menjanjikan neraka untuk dipenuhinya. Allah berfirman.
"Artinya : Tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat. Kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Rabb-mu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. Kalimat Rabb-mu telah ditetapkan : Sesungguhnya Aku akan memenuhi neraka jahannam dengan jin dan manusia semuaya" [Hud : 118-119]

Kedua.
Menampakkan hikmah Allah Ta'ala dan kekuasan-Nya, di mana Dia membagi hamba-hamba-Nya menjadi dua golongan ; yang taat dan durhaka. Pembagian ini menjelaskan hikmah Allah Azza wa Jalla, keta'atan ada yang melakukannya dan merekalah ahlinya. Demikian pula kemaksiatan ada yang melakukannya dan merekalah ahlinya. Allah Ta'ala berfirman.
"Artinya : Allah lebih mengetahui di mana Dia meletakkan tugas kerasulan" [Al-An'am : 124]
"Artinya : Dan orang-orang yang mendapat petunjuk, Allah menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan kepada mereka balasan ketakwaannya" [Muhammad : 17]
Mereka inilah orang-orang yang ta'at. Dalam ayat lain Allah berfrman.
"Artinya : Dan adapun orang-orang yang dihati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka di samping kekafiran yang telah ada dan mereka mati dalam keadaan kafir" [At-Taubah : 125]
Firman-Nya
"Artinya : Maka ketika mereka berpaling, Allah palingkan hati mereka" [Ash-Shaf : 272]
Mereka inilah ahli maksiat. Dengan pembagian di atas tampaklah kekuasaan Allah, tidak ada seorangpun yang menguasainya kecuali Allah sebagaimana firman-Nya.
"Artinya : Bukanlah kewajibanmu menunjuki mereka, akan tetapi Allah menunjuki siapa saja yang Dia kehendaki" [Al-Baqarah : 272]
Firman-Nya
"Artinya : Sesungguhnya kamu tidak dapat menunjuki orang yang kamu cintai, tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Dia Maha Mengetahui siapa yang patut beroleh petunjuk" [Al-Qashas : 56]

Ketiga.
Menampakkan ni'mat Allah kepada orang yang ta'at karena keta'atannya ketika ia melihat kondisi ahli maksiat. Allah Ta'ala berfirman.
"Artinya : Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang beriman ketika Dia membangkitkan seorang rasul kepada mereka dari kalangan mereka sendiri, rasul itu membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka serta mengajarkan Al-Kitab dan hikmah kepada mereka. Dan sungguh mereka sebelum itu berada dalam kesesatan yang nyata" [Ali-Imran : 163]

Keempat.
Berlindungnya seorang hamba kepada Rabb-nya dengan do'a agar menjauhkan dirinya dari maksiat, da do'a merupakan ibadah kepada Allah Ta'ala.

Kelima.
Bahwasanya seorang hamba, apabila terjerumus kepada kemaksiatan dan memberi karunia kepadanya dengan taubat, niscaya bertambah dekat dirinya kepada Allah dan hatinya menjadi luluh. Boleh jadi sesudah taubat tadi ia memiliki kondisi yang lebih sempurna daripada sebelum melakukan kemaksiatan, misalnya dengan hilangnya sifat penipu dan ujub (sombong) serta munculnya kesadaran betapa butuhnya ia kepada Rabb-Nya.

Keenam.
Menegakkan jihad, memerintahkan yang ma'ruf dan mencegah yang munkar. Sebab kalau tidak ada kemaksiatan dan kekufuran, tidak mungkin ada jihad, tidak mungkin ada amar ma'ruf dan nahyi munkar dan masih banyak hukum-hukum serta kemaslahatan-kemaslahatan lainnya. Dan Allah senantiasa memiliki rencana dalam penciptannya.

[Disalin kitab Al-Qadha' wal Qadar edisi Indonesia Tanya Jawab Tentang Qadha dan Qadar, Penulis Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin', terbitan Pustaka At-Tibyan, penerjemah Abu Idris]


Adanya hidayah dan kesesatan tidaklah terlepas dari kehendak Allah Ta’ala dengan sifatnya Al-Iradah dan Al Masyi’ah (Menghendaki)

"Seandainya Allah menghendaki, tidaklah mereka berbunuh-bunuhan. Akan tetapi Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya." (Al-Baqarah : 253)

"Barangsiapa yang Allah berkehendak untuk memberikan petunjuk kepadanya, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk) Islam. Dan barangsiapa yang Allah berkehendak untuk menyesatkannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolaholah ia sedang mendaki ke langit. "(Al-An'am : 125)

Perlu diketahui bahwa Iradah (kehendak) Allah terbagi menjadi dua :

1.  Al-Iradah Al-Kauniyah

Al-Iradah Al-Kauniyah ini bersinonim dengan Al-Masyi'ah. Iradah Kauniyah atau Masyi'ah ini berkenaan dengan apa saja yang hendak dilakukan dan diadakan oleh Allah Apabila Allah menghendaki terjadinya sesuatu, maka sesuatu itu terjadi begitu Dia menghendakinya. Sebagaimana firman Allah Ta'ala :

"Sesungguhnya perintah-Nya, apabila Dia menghendaki sesuatu, hanyalah berkata kepadanya"Kun" (Jadilah), maka terjadilah "(QS.Yasin)

Jadi, apapun yang dikehendaki oleh Allah, niscaya terjadi, sedangkan apapun yang dikehendaki Allah untuk tidak terjadi, niscaya tidak terjadi.

2. Al-Iradah Asy-Syar'iyah

Iradah ini berkaitan dengan apa saja yang diperintahkan oleh Allah kepada hamba-hamba-Nya, berupa hal-hal yang dicintai dan diridhai-Nya. Iradah ini disebutkan, misalnya, dalam firman Allah Ta'ala :

"Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. "(Al-Baqarah : 185)

Al-Iradah Al-Kauniyah Al-Qadariyah bersifat umum, meliputi seluruh peristiwa dan apapun yang terjadi di jagad raya ini, entah berupa kebaikan maupun keburukan, kekafiran maupun keimanan, dan ketaatan maupun kemaksiatan. Adapun Al-Iradah Ad-Diniyah Asy-Syar'iyah bersifat khusus berkaitan dengan apa saja yang dicintai dan diridhai oleh Allah, yang dijelaskan di dalam Al-Kitab dan As-sunah.

Kedua Iradah di atas berpadu pada diri seorang hamba yang taat. Adapun orang yang bermaksiat dan kafir hanya mengikuti Al-Iradah Al-Kauniyah. Kehendak Allah yang berupa agama; kadang terjadi dan terkadang tidak terjadi. Jadi, ketaatan seseorang itu sesuai dengan iradah (kehendak) Allah, baik Al-Iradah Ad-Diniyah Asy-Syar'iyah maupun Al-Iradah Al-Kauniyah Al-Qadariyah. Adapun orang kafir, perbuatannya itu sesuai dengan iradah kauniyah qadariyah, tetapi tidak sesuai dengan iradah diniyah syar'iyah.

Kita juga meyakini bahwa Allah telah menakdirkan nasib manusia sejak di alam rahim ketika berumur 4 bulan. Namun, takdir erat pula hubungannya dengan usaha manusia, misalnya Allah menakdirkan orang kenyang karena dia makan. Takdir adalah rahasia Allah yang tidak bisa diketahui oleh hambaNya melainkan bila sudah tiba waktunya. Dengan dirahasiakannya takdir, kita diperintahkan oleh Allah untuk berusaha.

Umar pernah bertanya kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, apa gunanya kita beramal jika Allah telah menakdirkan?” Maka Rasulullah pun menjawab, “Setiap amal akan berjalan sesuai dengan takdirnya” (HR Bukhari 6/2744)

Tafsir Ibnu Katsir Juz 3
Syarh Aqidah Washithiyah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
Majalah Al Mawaddah vol36. Dzulhijah 1431- Muharam1432H
http://www.almanhaj.or.id
http://asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=749
http://buku-islam.blogspot.com/2009/06/untukmu-yang-berjiwa-hanif.html
http://abumushlih.com/hidayah-itu-mahal-ya-akhi.html/
http://adiabdullah.wordpress.com/2007/08/28/hamba-selalu-membutuhkan-hidayah/
http://remajaislam.com/islam-dasar/menata-hati/58-hidayah-hanyalah-milik-allah.html
http://muslim.or.id/tazkiyatun-nufus/menggapai-ketentraman-dan-hidayah.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar