KAMI SEDANG BERSIAP WUKUF (Menyoal Puasa Arafah)

| | 0 komentar

by Ketua Forpek Madinah on Sunday, November 14, 2010 at 8:20pm

Secara ilmiyah, perhitungan selisih jam antara Saudi dengan wilayah Indonesia hanya sekitar 4 jam. Dalam kalender Islam, pergantian hari/tanggal adalah selepas maghrib. Saat ini di Saudi baru akan masuk waktu ashar (saat ini baru jam 15:25) dan di dalam kalender menunjukkan tanggal 8 Dzulhijah. Jadi selepas maghrib nanti telah masuk tanggal 9 Dzulhijah, sedangkan di Indonesia saat pergantian itu sekitar pukul 10 malam.

Terkait pelaksanaan puasa Arafah sebagai barikut:

1. Telah berlalu penjelasan bahwasannya puasa ‘Arafah disunnahkan hanya bagi mereka yang tidak melaksanakan wuquf di ‘Arafah. Ini mengandung pengertian bahwa puasa ‘Arafah ini terkait dengan pelaksanaan ibadah haji/wuquf. Jika parahujjaj telah wuquf, maka pada waktu itulah disyari’atkannya melaksanakan puasa ‘Arafah bagi mereka yang tidak melaksanakan haji. 

Sudahkah Kita Berbakti Pada Orang Tua?

| | 0 komentar


Alloh yang Maha Bijaksana telah mewajibkan setiap anak untuk berbakti kepada orang tuanya. Bahkan perintah untuk berbuat baik kepada orang tua dalam Al Qur’an digandengkan dengan perintah untuk bertauhid sebagaimana firman-Nya, “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: ‘Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.’” (Al Isro’: 23)

Selimut Cemas dari Merapi

| | 0 komentar


Ketahuilah kawan, tidak ada tempat yang aman secara hakiki. Memang jogja (khususnya utara) sedang dirundung musibah. Efek meletusnya gunung merapi membuat orang orang panik. Tapi, kok ya ada juga ya yang gak punya perasaan malah memanfaatkan situasi seperti ini, menjual barang kebutuhan dengan harga tinggi ataupun yang menyebarkan hoax macam-macam.

Saya dengar kawan-kawan panik dan banyak yang pulang kampung, ataupun sekedar berpindah tempat untuk mengungsi. Meski secara logis hal itu belum tentu baik pengaruhnya, baik secara proses maupun hasilnya, tetapi ini wajar secara kemanusiaan. Sebab secara perasaan akan mendapatkan rasa yang lebih tenang bila dekat dengan keluarga. Mungkin, bila aku di posisi mereka pun begitu.

Kepanikan dan kecemasan menjadi tidak wajar jika ada unsur memaksakan diri dan mengada-ada. Memaksakan diri untuk mengungsi dengan cara apapun, dan mengada-ada semisal rumahnya berada jauh di radius batas aman tetapi tetap mau mengungsi ke luar kota (atau bahkan ke luar negeri?)Padahal, seperti kalimat di awal, tidak ada tempat yang aman secara hakiki. Setidaknya menurut saya begitu.