Nikah : Antara Realita, Konsistensi dan Idealisme

| |

Sebelumnya saya dalam tulisan ini memang murni pemikiran saya yang tentu banyak salah. Dan menuliskan ini saya tak punya tendensi dan maksud apapun, benar-benar hanya ingin mengeluarkan apa-apa yang ada dalam pikiran ini.
Hmm...saya akan memulainya dari sini. Saat saya kuliah (entah semester berapa) ketika mulai merasa nyaman dengan sebuah lingkungan yang sungguh sangat kondusif dalam hal pengetahuan agama.But, jujur saja ada satu hal yang cukup menjadi ganjelan. Yaitu mengenai nikah. Whats wrong with nikah? nothing wrong but..this is (just) my opinion...
Saya merasa ada yang tidak imbang. Saya merasa ada sedikit berlebihan dalam penekanan tentang menikah. SAMA SEKALI INI TIDAK SALAH. Secara umum dan hukum asalnya, menurut saya memang ini yang baik. Tetapi bukankah lantas akan ada implementasi yang berbeda pada situasi yang berbeda? Jika situasinya lantas menyebabkan ia berhenti kuliah dan menyebabkan kekecewaan yang besar di pihak orang tua lantas siapa yang akan berani bertanggung jawab mengganti rugi semua itu?Dan terkadang, penekanan yang berlebihan terhadap nikah itu menyebabkan kesan nikah sebagai "pelarian" yang bisa diperparah jika yang disampaikan itu tidak seimbang antara hal-hal yang indah dengan problematikanya (resiko) yang harus ditanggung, yang pada akhirnya akan membentuk paradigma "aku harus cepat-cepat nikah biar ini..biar itu..biar bla..bla..bla.." dan kita pun lupa dengan tujuan utama menikah, keikhlasan dan niat yang lurus dalam menikah..

Nasihat Suami Istri

| | 2 komentar

Berikut saya mintakan izin kepada suami istri (teman saya) untuk memposting sebuah surat yang sebenarnya mereka tujukan untuk memberi nasihat kepada temannya. Setelah saya membaca berulang-ulang dan mencoba meyakinkan diriku apakah sudah benar-benar saya resapi (Ya Alloh, berilah aku kemampuan menjadi orang yang demikian) barulah saya berani mempostingnya. Saya berharap tulisan mereka ini dapat terus menjadi renungan dan koreksi diri sehingga bermanfaat bagi saya dan seluruh pembaca.

Assalamu’alaikum Warahmatullah…
      Beriring tahmid dan salam, semoga Antum senantiasa dalam lindungan dan taufik Allah. Amiin….
     Kriteria yang diinginkan oleh seseorang dalam memilih calon istri, termasuk di dalamnya menyangkut hal fisik, sebenarnya tidak ada yang salah. Hanya saja ini kembali pada persepsi setiap orang dalam menilai. Tapi sayang, seringkali ia tidak masuk dalam daftar criteria keinginan seorang wanita. Apa itu?
      MENERIMA WANITA SEBAGAI PASANGAN HIDUP SEUTUHNYA HANYA KARENA ALLAH. Ini hal penting yang sering dilupakan para ikhwan lajang dalam perjalanan mencari pasangan hidup. Padahal asal kita tahu, ketika kita sebagai seorang ikhwan yang sudah ngaji dan berkomitmen pada syari’at, maka sudah seharusnya kita utuh dalam bertaqwa pada-Nya. Dalam paradigma akhwat pun demikian, ketika mereka mendamba pasangan yang shalih, maka sungguh ketika hati mereka telah dipenuhi dengan cahaya keshalihahan, yang mereka pandang dari ikhwan adalah keshalihan dan keimanan. Materi dan fisik hanyalah soal kesyukuran.



Beberapa Hal Tentang Mendidik Anak sejak dalam Kandungan...

| | 0 komentar

Berikut saya ambilkan hal-hal tentang pendidikan anak semenjak dalam kandungan bundanya, dengan disertai beberapa perubahan yang merupakan opini pribadi saya...


Sel-sel otak janin mulai terbentuk ketika di masa kehamilan 3 - 4 bulan. Mulai usia janin 6 bulan ke atas, jalinan hubungan antarsel otak pun terbentuk. Ini kemudian membentuk suatu rangkaian fungsi-fungsi. Di usia janin selanjutnya, kualitas dan kompleksitas rangkaian hubungan di antara sel-sel otak pun ditentukan oleh rangsang yang diberikan plus tentu saja, asupan gizi yang cukup.
Menurut dokter spesialis anak, dr Sudjatmiko, MD SpA. kecerdasan seorang anak sudah bisa dirangsang ketika ia masih berada dalam kandungan ibunya. Secara umum, kata Sudjatmiko, ada tiga aspek yang harus diperhatikan orang tua kepada sang anak ketika masih berada dalam kandungan. Yaitu, terpenuhinya kebutuhan kasih sayang, biomedis, dan rangsangan.