Hidup untuk Hidup

| | 0 komentar


    Sekali lagi saya sedang ingin bermuhasabah tentang hidup. Ya, hidup. Karena Karena orang yang bijak adalah orang yang selalu dapat memetik hikmah dari setiap kejadian, baik itu kejadian yang penampakannya buruk maupun baik. Barangkali karena itulah, orang bijak akan selalu membuahkan pelajaran yang baik. Dan jika pelajaran-pelajaran baik yang selalu kita dapatkan, niscaya kesyukuran dan kesabaran itu akan lahir dalam diri kita.Karena itulah saya yakin kita ingin sekali bisa menjadi orang yang bijak itu.Orang yang hidupnya selalu belajar, dari tiap-tiap segmen yang dilaluinya. Orang yang belajar untuk hidup, melalui pengalamannya ia belajar untuk menjadi lebih baik.

Istilah-istilah IT dalam bahasa arab (bagian 1)

| | 1 komentar

Materi ini saya ambil dari ringkasan madah hasib ali (cict1023) yang diajarkan di Al Madinah International University, semoga bermanfaat.


المصطلحات(1)

الحاسب Computer 
جهاز إلكتروني له القابلية على تخزين واسترجاع ومعالجة البيانات، وقابل للبرمجة بإيعازات Instructions يمكنه تنفيذها وتذكرها.

الخوارزمية Algorithm
هي وصف تفصيلي بالخطوات لإجراء مَهمَّة حسابية أو نقل لبيانات مثلا. وفي العادة تكتب الخوارزمية أولا ثم تترجم إلى برنامج.

دورة معالجة المعلومات Information Processing Cycle
هي العمليات الأساسية الأربع التي يقوم بها الحاسب: الإدخال والمعالجة والإخراج والتخزين.

تقنيات المعلومات Information Technology (IT) 
هي أدوات تُعِينُ الإنسان في تعامله مع المعلومات ومعالجتها.

الأجهزة المتوافقة مع IBM (IBM-compatible) مصطلح يعني أن بإمكان الجهاز تشغيل أي برنامج program أو أي جهاز ملحق peripheral يعمل أصلا مع أجهزة IBM.



Siapa Yang Semestinya Menyamakan Frekuensi?

| | 0 komentar

Ini bukan bicara frekuensi di bidang keteknikan. Apalagi wilayah transformasi frekuensi semisal Fourier Transform. Saya hanya ingin melakukan introspeksi tentang sebuah amanah manusia bernama dakwah. Dengan segala keterbatasan yang ada pada diri saya tentunya, saya hanya ingin bertanya pada diri saya sendiri, kenapa sih secara umum masyarakat masih menganggap bahwa dakwah dan komunitasnya itu aneh, eksklusif, sulit dimengerti. Saya bertanya apakah kita benar-benar telah berdakwah? Ataukah memang kita hanya merasa sudah berdakwah padahal kita belum berbuat apa-apa?
Seingat saya, ada sebuah hadist yang intinya ia berisi anjuran agar dalam berdakwah, kita harus menyampaikannya sesuai dengan keadaan pendengarnya. Kalau boleh saya menyebutnya, menyamakan frekuensi, karna sebuah pesawat penerima radio hanya bisa menangkap dengan jelas jika frekuensinya disetel sama dengan frekuensi pemancar. Saya kira, itulah inti dari sebuah komunikasi yaitu bagaimana agar pesan yang disampaikan bisa diterima secara utuh di pihak penerima.
Kembali ke masalah dakwah. Terkadang saya merasa ada tembok besar, jurang yang lebar yang seolah-olah membatasi ruang dakwah. Apa pasal? Di pihak yang seharusnya menyampaikan dakwah, seringkali ada rasa ketidaknyambungan dengan pihak-pihak yang juga mempunyai hak untuk tersentuh dakwah. Sehingga, dari pihak sebaliknya pun merasa mereka tidak pantas bergabung, ataupun kurang nyaman karena merasa tidak nyambung, bahasanya terlalu "tinggi" dan lain lain dan lain lain.

Akhwat, jangan turuti perasaanmu!

| | 2 komentar

Sebenarnya, judul tulisan ini nampaknya sudah jelas tentang apa yang ingin saya sampekan. Tak tau saja, ingin sekali melontarkan dan berbagi tentang ini pada kaum hawa. Sebuah kalimat yang akan aku ingat. Ketika kondisi kejiwaan, psikisku sedang labil-labilnya, ia dengan tegas memberi saya nasihat, "Noor, jangan selalu turuti perasaan, seringkali ia menjerumuskan kita pada keterpurukan!". Sungguh, hal ini benar adanya. 
Akhwat, wanita, perempuan, galz, jangan biasakan menuruti perasaan, biasakanlah akal sehat kita yang menentukan sikap kita, kedepankan logika dari perasaan. Maaf, saya pun wanita dan saya akui, ini bukanlah hal yang mudah, mungkin karena secara fitrah kita memang didominasi oleh perasaan. Perasaan ini memang tak selamanya buruk, but perasaan yang saya maksudkan di sini adalah perasaan yang cenderung diliputi hawa nafsu. Contoh sederhananya saja, saat berjalan-jalan alias window shoping, seringkali kita tidak berpikir jauh, tidak berpikir 2-3 kali tatkala kita punya uang dan melihat sesuatu yang menarik hati kita langsung membelinya, dan tak jarang hal ini membuat kita menyesal saat kita menyadari betapa tidak pentingnya barang yang kita beli (saat kita tengah dikuasai akal sehat kita).