Di manakah Allah? (bag2. Penetapan Ketinggian Allah)

| |

Setelah sebelumnya telah dijelaskan mengenai Allah yang bersemayam di atas Arsy, pada bagian ini akan dibahas mengenai ketinggian Allah. Ketinggian Allah meliputi dua macam ketinggian yaitu :
1. Ketinggian abstrak atau maknawi yang bersifat tetap bagi Allah
2. Ketinggian Dzat yang juga merupakan sifat yang telah ditetapkan oleh Ahlussunnah dengan dalil-dalil yang menunjukkannya.
  • Dalil kitab/ Al Quran
1. Allah menyebutkan ketinggiannya



[2:255] Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi161 Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.

[87:1] Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Maha Tingi,




2. Penyebutan keunggulan
[6:18] Dan Dialah yang berkuasa atas sekalian hamba-hamba-Nya. Dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.










[16:50] Mereka takut kepada Tuhan mereka yang di atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka).
3. Turunnya sesuatu dari sisiNya




[15:15] tentulah mereka berkata: "Sesungguhnya pandangan kamilah yang dikaburkan, bahkan kami adalah orang orang yang kena sihir".




[32:5] Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadaNya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu1191







4. Naiknya sesuatu kepada Nya
[4:157] dan karena ucapan mereka : "Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, 'Isa putra Maryam, Rasul Allah378", padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan 'Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) 'Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah 'Isa.
[4:158] Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat 'Isa kepada-Nya379. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Mengangkat berkonsekuensi ketinggian Dzat Allah juga terdapat dalam ayat berikut,

[35:10] Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya. Kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik1250 dan amal yang saleh dinaikkan-Nya1251. Dan orang-orang yang merencanakan kejahatan bagi mereka azab yang keras. Dan rencana jahat mereka akan hancur.

Makud dari ayat tersebut adalah semua kata-kata baik dan juga maal shalih akan dinaikkan yaitu disampaikan kepada Allah maka ini menunjukkan Allah Maha Tinggi dengan Dzat Nya karena dinaikkan kepada Nya yaitu kata-kata yang dengannya seseorang bertaqarrub/ mendekatkan/ sampainya diri kepada Allah.







5. Menunjukkan keberadaanNya di langit
[40:36] Dan berkatalah Fir'aun: "Hai Haman, buatkanlah bagiku sebuah bangunan yang tinggi supaya aku sampai ke pintu-pintu,




[40:37] (yaitu) pintu-pintu langit, supaya aku dapat melihat Tuhan Musa dan sesungguhnya aku memandangnya seorang pendusta". Demikianlah dijadikan Fir'aun memandang baik perbuatan yang buruk itu, dan dia dihalangi dari jalan (yang benar); dan tipu daya Fir'aun itu tidak lain hanyalah membawa kerugian

Haman adalah menteri fir'aun. Dalam ayat terebut dikisahkan bahwa fir'aun berkata untuk pembangunan bangunan yang tinggi agar ia sampai kepada pintu-pintu langit yaitu ia hendak melihat Tuhan Musa. Hal tersebut disampaikan dengan maksud penghinaan untuk mengelabui kaumnya yaitu agar setelah ia membuat bangunan tinggi agar sampai jalan-jalan menuju langit fir'aun akan berkata "aku tidak menemukan apapun". Sikap fir'aun ini atas pernyataan Musa yang mengatakan bahwa Allah ada di langit sebagaimana disebutkan dalam ayat berikut yaitu Allah yang menurunkan mukjizat.
[17:102] Musa menjawab: "Sesungguhnya kamu telah mengetahui, bahwa tiada yang menurunkan mu'jizat-mu'jizat itu kecuali Tuhan Yang memelihara langit dan bumi sebagai bukti-bukti yang nyata; dan sesungguhnya aku mengira kamu, hai Fir'aun, seorang yang akan binasa".

Allah pun menetapkanDzat Nya di langit yang maqamnya menunjukkan keagungan Nya dan bahwa Dia di atas, Mahakuasa, memelihara karena Maha tinggi memiliki kekuasaan.
[67:16] Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang (berkuasa) di langit bahwa Dia akan menjungkir balikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu bergoncang?,
[67:17] atau apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang (berkuasa) di langit bahwa Dia akan mengirimkan badai yang berbatu. Maka kelak kamu akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku?

Dalam ayat tersebut Allah di langit disebutkan dengan kalimat في السماء. Penggunaan في sebagai dharaf dapat dijelaskan sebagai berikut

   *  menjadikan langit berartu ketinggian, sebagai firman Allah:
    
[2:164] Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.
Dalam ayat tersebut langit secara bahasa bermakna ketinggian karena air hujan turun dari peristiwa awan yang berada pada ketinggian antara langit dan bumi. Langit yang bermakna ketinggian menunjukkan bahwa Dia berada pada ketinggian yang tiada sesuatau apapun yang sejajar dengan Nya dan tidak ada di atas Nya sesuatu.

    * في bermakna على
    Dalam bahasa arab bentuk dharaf 'fi' dalam kalimat juga dapat bermaknaعلى, seperti dalam ayat berikut,


[20:71] Berkata Fir'aun: "Apakah kamu telah beriman kepadanya (Musa) sebelum aku memberi izin kepadamu sekalian. Sesungguhnya ia adalah pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu sekalian. Maka sesungguhnya aku akan memotong tangan dan kaki kamu sekalian dengan bersilang secara bertimbal balik932, dan sesungguhnya aku akan menyalib kamu sekalian pada pangkal pohon kurma (في جذوع النخل) dan sesungguhnya kamu akan mengetahui siapa di antara kita yang lebih pedih dan lebih kekal siksanya".

Namun demikian, meskipun Dzat Allah ada di langit, uluhiyah Allah adalah baku berlaku di langit dan di  bumi 
[43:84] Dan Dialah Tuhan (Yang disembah) di langit dan Tuhan (Yang disembah) di bumi dan Dia-lah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.

Ayat tersebut bermakna sebagaimana "fulan adalah pemimpin di kota A dan B" maka fulan memimpin kedua kota tersebut tetapi keberadaannya hanya ada di satu tempat saja. Sehingga pada ayat tersebut maknanya adalah Dia, Allah, adalah Tuhan yang uluhiyah Nya berhak disembah di langit dan di bumi. Dan ketinggian Nya di langit tidak menghalangi Nya untuk mengetahui segala sesuatunya.
  • Dalil Sunnah, yaitu ucapan, perbuatan dan ketetapan Rasulullah sallallahu 'alaihi wassalam yang menerangkan ketinggian Allah
1. Ucapan Rasullullah yang menyebutkan masalah ketinggian dan keunggulan Allah 
سبحان ربي الاعلى 
Mahasuci Rabbku Yang Maha Tinggi(diriwayatkan Muslim dalam kitab Shalatu Al Musafirin)
والله فوق العرش 
Dan Allah di atas Arsy (diriwayatkan Ibnu Khuzaimah dalam kitab At Tauhid )
2. Perbuatan beliau yaitu pengangkatan jari beliau ke arah langit ketika beliau berkutbah pada hari Arafah pada tahun haji wada' (diriwayatkan Muslim dalamkitab Al Hajj bab Hijjat An Nabi Shallallahu 'alaihi wassalam
3. Ketetapan beliau di dalam hadits Muawiyyah bin Al Hakam -Radhiyallahu 'anhu- bahwa beliau datang kepadada budak wanita dan terjadilah dialog,
أين الله؟ قالت : في السماء، فقال: من أنا؟ قالت : رسول الله، قال : أعتقها فإنها مؤمنة
Rasulullah berkata : " Di mana Allah?"
ia (budak tersebut) menjawab : " Di langit"
Rasulullah berkata : "Siapa aku ini ?"
ia (budak) menjawab : " Rasulullah"
Maka beliau Rasulullah berkata, "Merdekakan dia karena sesungguhnya dia mukminah" 
(diriwayatkan Muslim kitab Al Masajid)

Demikianlah telah jelas ketetapan berikut dalil atas ketinggian Dzat Allah. Diantara faidahnya adalah manusia jika mengatahui Allah di atas segala sesuatu, mengetahui kekuatan dan kekuasaanNya atas hamba Nya maka sepatutnya manusia merasa takut dan mengagungkan Nya dengan menjalankan kewajiban dan meninggalkan yang diharamkan.


~disarikan dari kitab Aqidah Washitiyah karya syaikh Utsaimin     


Tidak ada komentar:

Posting Komentar